Jumat, 03 September 2010

Sebelum Dandang... part 2.

Jalan yang ku tempuh sungguh berkerikil.. hingga akhirnya sampai di persimpangan. ku usap peluh ku. sesampai di ujung sinar, ku sapa pak tua, "Assalamualaikum, apa yang sedang tuan kerjakan di permadani ini? tidakkah sejenak santaikan sendi?" dia pun membalas, "Wa'alaikumsalam, tlah ku buat ini manfaat bagi semua. nantilah saja, belum usai kewajibanku."
Sesaat terbesit di benakku,"Alangkah naifnya aku akan semua ini! tak pernah peka akan semua ini. sungguh aku orang yang tak berguna!" seraya melanjutkan perjalanan , akhirnya sampailah aku di gubuk lama ku. betapa aku menyadari semua kekhiafanku selama ini. betapa kejamnya aku menjadi manusia!
teraturkan nafas sampai mentari terbit.
ku mulai hari ini seraya memuji dan bersujud di hadapan-Nya berharap berkah hari ini. ku pergi untuk menuai manfaat permadani.. tak ku sangka! ku temui lagi pak tua itu. tapi, nampaknya peluh wajahnya sangat menyala. "Assalamu'alaikum. Pak tua,peluh mu sungguh terlihat, apa yang telah terjadi pada permadani mu?" dia menjawab lemah, "Wa'alaikumsalam. Tidak kah kau lihat permadani ku saat ini? begitu kasar! tak bermanfaat lagi! sungguh aku lah yang bersalah atas semua kekacauan ini." setelah ku lihat,betapa tercengangnya aku elihat permadani pak tua yang kemarin terlihat sejuk, namun dalam waktu kurang dari 12 jam saja berubah menjadi gersang bak setengah terbakar! tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari indera perasa ku ini...